Photobucket
Photobucket

Rabu, 09 Oktober 2013

istighfar abu nawas

Berikut ini salah satu karya besarnya sebagai seorang penyair: Al-I’tiraaf – Sebuah pengakuan.

ِإِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاَ# وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم
Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa ‘alaa naaril jahiimi
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim

فهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذنوبِي # فَإنّكَ غَافِرُ الذنْبِ العَظِيْم
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafirudzdzambil ‘azhiimi
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar

ذنوبِي مِثلُ أَعْدَادٍ الرّمَالِ # فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَاذَاالجَلاَل
Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali
Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan

وَعُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ # وَذنْبِي زَائِدٌ كَيفَ احْتِمَالِي
Wa ‘umrii naaqishun fii kulli yaumi wa dzambii zaa-idun kaifah timaali
Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya

َإلهي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ # مُقِرًّا بِالذنوبِ وَقَدْ دَعَاك
Ilaahii ‘abdukal ‘aashii ataaka muqirran bidzdzunuubi wa qad da’aaka
Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu

َفَإِنْ تَغْفِرْ فَأنْتَ لِذاك أَهْلٌ # فَإنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاك
Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun wa in tathrud faman narjuu siwaaka
Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?

Minggu, 06 Oktober 2013

MENGAJAR UNTUK MEMAHAMI

Asep Sapa'at
(Praktisi Pendidikan, Direktur Sekolah Guru Indonesia)

“By learning you will teach,
by teaching you will understand”

Tanyakan pada diri sendiri, “Apa pengalaman mengajar yang paling berkesan yang pernah terjadi selama Anda menjadi guru?” Butuh kesadaran dan kejujuran diri untuk menjawab pertanyaan tadi. Percayalah, jika tak ada kesan dan pengalaman mengesankan dan tak terlupakan selama mengajar, bisa jadi kita tak pernah paham apa makna terdalam dari kata ‘mengajar’. Karena tak paham esensi mengajar, maka kita tak pernah bisa memberikan perbedaan bagi kehidupan para murid.

Bagi guru, kata mengajar bisa berjuta makna. Tak selamanya makna itu tersurat. Kadang maknanya tersirat. Mengajar bukan sekadar melakukan transaksi jual beli pengetahuan dari guru ke murid. Jika belajar membuat kita jadi paham akan ihwal sesuatu, maka mengajar adalah jalan terbaik untuk menyempurnakan ilmu yang dimiliki. Sungguh jadi hal luar biasa jika guru mendapatkan kesempatan mengajar. Mengajar untuk mengenali diri dan mentransformasi kehidupan para murid. Seperti yang dialami Miss Thompson dalam catatan perjalanan mengajarnya.

Miss Thompson adalah guru kelas V di suatu sekolah dasar. Dia berkata pada murid-muridnya di hari pertama dia mengajar, “Saya sangat mencintai kalian semua”. Dunia hendak menguji apa yang dikatakan Miss Thompson. Teddy Stallard, seorang anak yang terasing dari teman-temannya, berpakaian lusuh dan kotor. Di setiap kertas ulangan Teddy selalu tertulis kata gagal. Itu artinya nilai ulangan Teddy jeblok.
Jika kita punya murid seperti Teddy, apa yang akan Anda lakukan? Menganggap Teddy sebagai anak bodoh, itulah tindakan terkejam seorang guru. Miss Thompson fokus untuk mencari tahu, ada apa dengan Teddy? Apa masalah yang menimpa Teddy sehingga prestasi belajarnya berantakan?

Coba tebak, apa laku Miss Thompson? Dia kembali melihat ulang catatan guru kelas I sampai kelas IV terkait profil Teddy. Miss Thompson sangat terkejut melihat catatan soal Teddy. Guru kelas I yang mengajar Teddy menulis, “Teddy adalah seorang anak cemerlang dan selalu ceria bersama teman-temannya”. Guru kelas II menulis, “Teddy adalah murid luar biasa dan disukai oleh teman-teman sekelasnya. Namun dia berada dalam kesulitan karena ibunya menderita penyakit tak tersembuhkan.
Ibunya berada di rumah dalam perjuangan”.  Guru kelas III menulis, “Kematian ibunya telah membuat Teddy sangat terpukul”.  Guru kelas IV menulis, “Teddy menjadi penyendiri dan tidak tertarik pada pelajaran di sekolah. Dia tak mempunyai teman dan kadang-kadang tertidur di kelas”. Setelah membaca semua catatan Teddy, Miss Thompson menyadari akar masalahnya dan dia tersudut dalam renungan, hal terbaik apa yang bisa dilakukannya untuk Teddy. Miss Thompson memasuki fase terpenting dalam karir mengajarnya, mampukah dia belajar tentang makna mengajar yang sesungguhnya.

Di satu kesempatan acara perayaan di sekolah, murid-murid saling bertukar kado dan berkenan memberi kado istimewa untuk gurunya. Miss Thompson mendapatkan kado terbungkus dengan kertas mengkilat dan pita-pita cantik dari murid-muridnya, kecuali kado dari Teddy.
Dia sangat sedih menyimak apa yang tengah terjadi. Kadonya terbungkus seadanya dengan kertas pembungkus barang. Dengan perasaan sedih, Miss Thompson membuka satu persatu kado di depan kelas. Tebak apa yang terjadi ketika kado Teddy mulai dibuka. Semua siswa penghuni kelas mulai tergelak dalam tawa mengejek isi kado milik Teddy.

Sebuah gelang dan sebuah botol parfum yang isinya tinggal seperempat. Miss Thompson sadar, inilah kesempatan terbaik untuk menyelamatkan Teddy dari keterpurukan. Miss Thompson menghentikan gelak tawa anak-anak ketika ia mengatakan bahwa gelang itu cantik sekali, lalu memakainya, dan mengoleskan parfum itu pada lengannya. Pada hari itu, Teddy Stallard menunggu hingga jam terakhir hanya untuk mengatakan, “Miss Thompson, hari ini harummu persis sama dengan harum mama saya”.
Setelah semua anak-anak pergi, Miss Thompson menangis hampir satu jam. Titik balik dalam perjalanan karirnya sebagai guru. Sejak hari itu dia mengubah cara pandang soal mengajar. Dia memutuskan berhenti mengajar ‘membaca’, ‘menulis’, dan ‘berhitung’. Dia mulai mengajar ‘anak-anak’.

Miss Thompson memberi perhatian khusus kepada Teddy. Sejak saat itu, Teddy kembali bersemangat dalam belajar. Kepercayaan diri dan kegairahannya untuk menjalani hidup telah pulih kembali. Tak dinyana, pada akhir tahun pelajaran, Teddy telah menjadi anak paling pintar di kelas Miss Thompson.
Miss Thompson telah menjadikan Teddy sebagai salah satu murid kesayangannya. Inilah ujian atas ungkapan Miss Thompson bahwa dia mencintai semua murid tanpa kecuali. Faktanya, kebohongan Miss Thompson soal kecintaan pada semua murid adalah berkah tersendiri bagi Teddy.

Setahun kemudian, Miss Thompson memperoleh surat di bawah pintu kantornya dari Teddy yang mengatakan bahwa dia adalah guru terbaik yang pernah diperoleh seumur hidupnya. 6 tahun berlalu kemudian, surat dari Teddy untuk Miss Thompson. Dia mengabari bahwa sekarang dia telah menyelesaikan sekolah di SMA. 4 tahun setelah itu, Miss Thompson memperoleh surat lain yang mengatakan bahwa ia sudah lulus dari college dengan predikat lulusan terbaik.
Teddy mengatakan bahwa Miss Thompson masih tetap menjadi guru terbaik dalam hidupnya. 4 tahun berikutnya, kembali surat yang ditandatangani Theodore F. Stallard, M.D. menjumpai Miss Thompson dengan pesan yang sangat tegas dan jelas, “Sepanjang umur hidupku, engkau tetaplah guru luar biasa yang pernah kukenal”. 

Kisah belum berakhir karena masih ada sepucuk surat dari Teddy untuk Miss Thompson di musim semi. Teddy jatuh hati pada seorang gadis dan akan segera menikahinya. Sebuah surat dilayangkan pada Miss Thompson, “Ayah telah meninggal dunia dua tahun lalu. Bersediakah menjadi pendamping dalam pernikahanku untuk menggantikan mama?” Miss Thompson jelas menyetujui permintaan Teddy.

Dan duga apa yang dilakukan Miss Thompson di acara pernikahan Teddy? Dia memakai gelang dan menggunakan parfum yang pernah diberikan Teddy beberapa tahun silam. Miss Thompson tak hendak menggantikan figur ibu Teddy. Namun mencoba memastikan bahwa Teddy akan selalu ingat dengan kenangan hidup yang indah bersama ibunya di masa kecilnya. Mereka, Miss Thompson dan Teddy Stallard memeluk satu sama lain.

Dr Stallard berbisik di telinga Miss Thompson, “Terima kasih Engkau telah memercayaiku. Terima kasih banyak Engkau telah membuatku merasa penting dan menunjukkan kepadaku bahwa aku bisa melakukan sesuatu secara berbeda”. Miss Thompson berlinangan air mata dan berbisik balik kepada Teddy, “Teddy, Engkau salah. Justru Engkaulah yang telah mengajarkanku bagaimana membuat sesuatu secara berbeda. Sebelumnya saya tidak tahu bagaimana mengajar hingga saya bertemu denganmu”.

Kita tak pernah tahu apa dampak yang telah terjadi pada diri orang lain akibat dari tindakan kita. Kerendahan hati dari Miss Thompson untuk mau belajar tentang kehidupan murid bernama Teddy telah mengantarnya memiliki pengalamanan mengajar yang hebat dan takkan terlupakan sepanjang hidupnya. Dahsyatnya, kehidupan Teddy berubah drastis setelah Miss Thompson mengubah paradigmanya soal mengajar, to teach is to touch your student’s life. Mengajar bukanlah soal aku, tapi soal anak-anak, semua murid kita.

Petualangan hebat Miss Thompson dalam mengajar, inilah kisah fiksi yang ditulis oleh Elizabeth Silance Ballard (1974) dan diangkat menjadi film bertajuk ‘Three Letters from Teddy’ oleh Home Life Magazineas. Apa tantangan terbesar Anda sebagai guru? Jika murid-murid Anda dianggap sumber utama masalah yang selalu berulah dan bikin onar, maka ingatlah pernah ada tokoh fiksi bernama Miss Thompson yang bisa membuat perbedaan dalam kehidupan Teddy Stallard.
Jika saya, Anda, dan kita semua sadar bahwa hakikat mengajar itu untuk belajar, marilah kita hadirkan sosok Miss Thompson dalam realitas mengajar yang kadang terasa panjang dan melelahkan. Karena sejatinya, mengajar adalah belajar, yakni belajar untuk memberikan inspirasi kehidupan untuk murid-murid kita.

Kamis, 03 Oktober 2013

KISI-KISI UJIAN SEMESTER KELAS XI SEBELUM PRAKERIN
SMKN 4 MALANG

kisi-kisi bisa dilihat di link berikut


https://docs.google.com/file/d/0B_SxDyvmCqu5RE94bUtBSGtXWlE/edit?usp=sharing